Senin, 29 April 2024
Sekolah Menengah Pertama

Peningkatan Kreatifitas dan Hasil Belajar Peserta Didik dengan Penerapan Model  Siklus Belajar 5E

Penulis : Lastri, S.Pd.

Berdasarkan  UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 20 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Di antara berbagai komponen yang dibutuhkan, Mulyasa (2013) menjelaskan bahwa keberhasilan implementasi kurikulum 2013 membutuhkan kerjasama yang optimal antar guru, sehingga membutuhkan pembelajaran berbasis tim dan menuntut kerjasama yang kohesif antar anggota tim. Dalam penerapan kurikulum 2013, pembelajaran lebih menitikberatkan pada kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (Kemendikbud, 2017). Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan model pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir siswa. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk berpartisipasi aktif akan melibatkan proses kognitif potensial dalam merangsang perkembangan intelektual siswa adalah proses pembelajaran dengan model siklus belajar 5E..

Siklus pembelajaran 5E merupakan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis yang berpusat pada peserta didik,  yang terdiri dari 5 tahap, yaitu: engagement (pelibatan peserta didik), eksploration (eksplorasi/penggalian informasi), explanation (penjelasan), elaboration (pengembangan/penjelasan lebih lanjut), evaluation (evaluasi) (Wena, 2012). Tahapan dalam model siklus belajar  5E dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan dan pengalaman siswa dengan terlibat aktif, mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir baik secara individu maupun kelompok sehingga siswa dapat menguasai kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dalam model siklus belajar 5E juga dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) peserta didik. Siswa HOTS dapat membedakan ide atau gagasan dengan jelas, berpendapat dengan baik, mampu memecahkan masalah, mampu mengkonstruksi penjelasan, mampu berhipotesis dan memahami hal-hal yang kompleks menjadi jelas (Widodo, 2013). HOTS bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa pada tingkat yang lebih tinggi, terutama yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dalam menerima berbagai jenis informasi, berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya dan mengambil keputusan dalam situasi yang kompleks (Saputra, 2016). ). Keterampilan berpikir tingkat tinggi dapat dilihat pada Taksonomi Bloom yang terdiri dari tiga aspek, yaitu aspek menganalisis (C4), aspek mengevaluasi (C5), dan aspek mencipta (C6) (Sani, 2015).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart, melalui empat tahap yang dilakukan dalam 2 siklus. Tahap perencanaan: guru merancang kegiatan pembelajaran menggunakan model siklus belajar 5E, kemudian menyusun rencana pembelajaran (RPP) dan menyiapkan lembar observasi implementasi sintaks pembelajaran dan penyusunan lembar kerja peserta didik (LKPD) yang akan digunakan peserta didik , lembar jawaban, dan perangkat soal evaluasi. Tahap implementasi: pada tahap engagement (pelibatan peserta didik) guru menggali pengetahuan awal peserta didik (sebagai pra asesmen), mengajukan masalah, membantu peserta didik membuat hubungan dengan pelajaran yang telah dipelajarinya, menginformasikan objek, topik yang akan dipelajari atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk melibatkan peserta didik dalam pembelajaran ; tahap exploration (eksplorasi/penggalian informasi) peserta didik mengumpulkan informasi dari berbagai sumber belajar untuk memecahkan masalah yang diajukan pada fase engagement, aktifitas peserta didik dapat berupa kegiatan membaca, melakukan eksperimen, mencatat data eksperimen, berdiskusi, atau kegiatan lainnya; tahap explanation (penjelasan) peserta didik dengan menggunakan data yang telah dikumpulkan dapat memecahkan masalah dan melaporkan apa yang mereka lakukan, guru dapat memperkenalkan kosa kata baru, ide-ide baru, konsep-konsep, frase atau kalimat-kalimat ke dalam pemahaman yang telah diketahui peserta didik; tahap elaboration (pengembangan/penjelasan lebih lanjut) guru dapat mengajukan masalah baru agar peserta didik dapat mengaplikasikan pengetahuan yang sudah diperolehnya; tahap evaluation (evaluasi) guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahaman peserta didik dalam menerapkan konsep baru, hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan,apakah sudah berjalan dengan sangat baik, cukup baik, atau masih kurang. Tahap Observasi: dilakukan selama proses pembelajaran termasuk mengamati pelaksanaan model pembelajaran, mencatat setiap aktivitas dan perubahan yang terjadi pada siswa. Tahap refleksi: menganalisis temuan lain selama proses pembelajaran, mendiskusikan kelemahan atau kekurangan dan dan kelebihan serta merencanakan tindakan perbaikan untuk proses pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dengan menerapkan model pembelajaran silkus belajar  5E dapat meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar siswa di SMP Negeri 3 Secang Kabupaten Magelang Kelas IX IPA,. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan persentase kreatifitas peserta didik pada siklus I dan pada siklus II dari 67% menjadi 79% atau mengalami peningkatan sebesar 12%, sedangkan hasil bekajar pesserta didik mengalami peningkatan pada silkus I sebesar 65% dan pada siklus II sebesar 82% atau mengakami peningkatan sebesar 17%. Dengan demikian dapat disarankan agar guru dapat menggunakan model siklus belajar  5E dalam pembelajaran untuk meningkatkan kreatifitas dan hasil belajar peserta didik.

Daftar Pustaka

Saputra, H. (2016). Pengembangan mutu pendidikan menuju era global: Penguatan mutu     

       pembelajaran dengan penerapan hots (high order thinking skills). Smile’s.

Sani, A. H. (2015). Pembelajaran Matematika Berbasis Pendekatan Saintifik Dan Kaitannya

       Dengan Menumbuhkan Keterampilan Berpikit Tingkat Tinggi. Jurnal Pendidikan.

Wena, Made. 2012. Strategi Pembelajaran Inovatif KontemporerSuatu Tinjauan Konseptual    

       Operasional.Jakarta: Bumi Aksara.

Widodo, T., & Kadarwati, S. (2013). Higher order thinking berbasis pemecahan masalah untuk

       meningkatkan hasil belajar berorientasi pembentukan karakter siswa. Jurnal Cakrawala

       Pendidikan, 5(1).